Selasa, 18 Mei 2010

MAHAMERU

Semeru, 3676 m di atas permukaan laut, terletak di Malang dan Lumajang. Gunung tertinggi yang menjadi atap Pulau Jawa. Gunung yang menjadi impian bagi semua pendaki untuk bisa berdiri di puncaknya, Puncak Mahameru. Gunung yang konon katanya menurut kepercayaan Jawa Kuno, menjadi tempat bersemayam para dewa.

Keinginan mendaki Semeru ada sekitar tahun ke-2 aku menjadi anggota Pamitran Lelana Giri Jaga Bhumi, organisasi pecinta alam di SMA. Memasuki dunia kuliah, keinginan itu terlupakan. Pertengahan tingkat 1, aku pinjam buku dari seorang teman.,yupz.,”5cm” judulnya.,pasti udah banyak yang tahu.,buku luar biasa tentang persahabatan, petualangan, dan impian. Bahwa impian itu tidak berada jauh di atas langit sana.,tapi taruh 5cm di depan dahi.,agar kita bisa terus ingat dan terpacu untuk mewujudkan impian itu.

Sejak membaca 5cm, tercatat 3 kali rencana pendakian ke Semeru gagal. Terhambat masalah status siaga Semeru,persiapan teknis, maupun jumlah personil. Liburan Idul Fitri kemarin merupakan rencana ke 4 kalinya. Semua sudah fixed, kami berencana berangkat 6 orang. Namun, 2 minggu menjelang keberangkatan, 4 orang teman kami menyatakan berhalangan. Tinggal 2 orang tersisa. Aku dan Destiko. Berat juga, tetapi kami memutuskan untuk lanjut. Bukan bermaksud nekad atau sok berani,tetapi demi sebuah tekad dan niat dari awal, bahwa Semeru harus kami daki. Untuk menemukan pengalaman menakjubkan di atas sana. Satu lagi. Sebagai bukti eksistensi PLG Jaga Bhumi.,keluarga yang mengajarkan kami tentang solidaritas, kerja keras, loyalitas, dan rasa cinta kepada alam. Kami mendengar bahwa Jaga Bhumi akan divakumkan oleh pihak sekolah. Sebagai bukti bahwa Jaga Bhumi tidak akan pernah mati, selama bumi masih perlu kita jaga.

Hari Pertama
Kamis, 24 September 2009. Awal perjalanan kami. Berangkat dari Ambarawa jam 18.30, diantar Icang, Icha, Meytha. Sunggguh, sebuah kebersamaan yang memberi semangat tersendiri. Sampai di Poncol jam 20.00, beli tiket KA Matarmaja 28rb, dapat tiket berdiri.,gak masalah.,yang penting sampai Malang. Karena kereta baru berangkat jam 01.00, kami memutuskan untuk keliling Semarang dulu.,foto2 di Simpanglima dan Lawangsewu.,

Matarmaja (singkatan Malang-Blitar-Madiun-Jakarta)

tiba di Poncol jam 01.00.,wow.,penuh berjubel!! Sama sekali tidak ada tempat di dalam gerbong. Apalagi tas carrier kami besar. Kami semula mengira penumpang ke arah Malang tidak begitu padat karena seharusnya arus balik menuju Jakarta. Kami akhirnya berdiri di depan toilet.,tepat di samping pintu gerbong.,berbahaya.,tapi tidak ada pilihan lain. Semarang-Malang kami tempuh dalam keadaan seperti itu.

Hari Kedua

Jumat, 25 September 2009. Kereta berhenti sebentar di Jebres, Solo lalu lanjut lagi sampai di Madiun sekitar jam 05.00, lanjut ke Blitar, sampai di Stasiun Malang jam 11.30. Lelah, panas, lapar. Kami memutuskan untuk langsung ke Terminal Arjosari (naik angkot AMG, 2500) lalu lanjut ke Terminal Tumpang (angkot TA, 7rb). Tumpang adalah checkpoint awal sebelum naik ke Ranupane. Kami solat Jumat di mesjid Tumpang, sekaligus memohon kemudahan, kelancaran, dan keselamatan dalam pendakian. Lalu makan siang sebentar (2 mangkok soto+2 teh manis+4 mangkok es buah hanya seharga 18rb.,wuihhhh.,mak nyuz!). Jam 14.00 kami berangkat ke Ranupane naik jip yang berisi 16 orang.,di jip inilah kami bertemu rekan seperjuangan yang selanjutnya menjadi satu tim.

Kami berhenti di posko Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru untuk mengurus perizinan. Di sana kami juga harus menandatangani surat pernyataan bermaterai yang isinya pendakian hanya diizinkan sampai Kalimati dan apabila melanjutkan ke Arcopodo dan Puncak Mahameru, pihak TNBTS tidak menanggung resiko apabila terjadi kecelakaan. Bagaimanapun, resiko pasti ada dan harus dihadapi. Kami kembali meluruskan niat dan membulatkan tekad.

Kami sampai di Ranupani jam 17.00, mengurus surat perizinan (lagi). Perizinan di Semeru memang cukup ketat dan biayanya juga lumayan mahal dibandingkan dengan gunung lain. Dibandingkan dengan gunung-gunung lain yang pernah aku daki, basecamp Semeru adalah yang terbaik, baik dari fasilitas maupun kelengkapan lain. Ada parabola, pemancar radio, PC, bahkan layar monitor plasma LCD 22 inch. Mantap!! Jadi malam sebelum tidur, ada teman kami yang sempat nonton bioskop TransTV. Di gunung. Yeah. Wajar, karena Semeru masuk dalam TNBTS. Jadi ada anggaran dana untuk menyokong.

Evaluasi bagi gunung-gunung di Jawa Tengah (Ungaran, Merbabu, Merapi, Lawu, Sindoro, Sumbing, Slamet) seharusnya lebih memperketat perizinan dan regulasi agar konservasi di gunung bisa terjaga. Untuk perizinan, hampir mencapai 20rb. Awalnya kami berlima berniat langsung memulai pendakian malam itu juga hingga ke Ranu Kumbolo. Tapi petugas menyarankan agar pendakian ditunda, karena medan di malam hari kurang bersahabat, jalur pendakian sulit dikenali dan cuaca juga sangat dingin. Kami patuh. Lalu kami mencari lokasi bermalam. Dapat tempat di pondok pendaki di tepi Ranu Regulo. Ranu Regulo adalah danau persis di samping danau Ranupane.

Di pondok kami menggelar matras, menyiapkan SB dan baju hangat, serta memasak ala kadarnya. Sariwangi + susu bendera + coklat batangan. Cukup menghangatkanar dan memberi energi secukupnya. Kami pun berangkat tidur sekitar pukul 20.00. Aku memakai kaos dobel dan jaket dobel, kaos kaki, sarung tangan, balaclava, masker. Awalnya dinginnya terasa wajar (kami lihat suhu terakhir di basecamp adalah 17 drajat C). Namun, semakin malam dingin semakin tak wajar. Secara tak sadar aku menggigil keras. Sukar ditahan. Saat itu sekitar jam 02.00. Benar-benar dingin. Aku mencoba tidur lagi, terbangun jam 04.00. Saat itu dingin benar-benar tak tertahankan lagi. Aku memilih tidak tidur lagi, karena lebih baik menahan dingin dalam keadaan terjaga daripada dalam keadaan tertidur.

Jam 05.00 langit mulai terang. Ketika kami keluar, ada kristal-kristal es yang menempel di dedaunan. Di permukaan Ranu Regulo, uap menguar dari permukaan danau seperti asap. Brrrr.,bisa dibayangkan betapa dingin udara saat itu. Jam 06.30 saat mengecek ke posko pendakian, suhunya 9 drajat C. Berarti suhu semalam bisa mencapai 4 drajat C, atau mungkin di bawah itu.

Aku jadi berpikir.,mungkin ini adalah ucapan selamat datang dari Semeru.,sekaligus tantangan.,”apakah kau akan terus berjuang demi mimpi dan tekadmu, anak muda?”.,memastikan bahwa kami siap untuk petualangan-petualangan selanjutnya.,dan aku jawab dalam hati.,”YA.,demi sebuah mimpi, harapan, dan hati”

0 komentar:

Posting Komentar